Konflik Antara Militer dan Sipil Di China 1949 - 1980 Pada Masa Revolusi Kebudayaan

Ketika kita berbicara tentang peranan politik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), harus diawali dengan beberapa peringatan tertentu. Dalam hal pertama yang perlu kita ketahui yaitu kepemimpinan PLA, bukan golongan dari prajurit, melainkan dari golongan para korps Perwira. Hal tersebut karena korps Perwira berhubungan kaum elite yang berperan dalam politik PLA. PLA berkembang menjadi tentara partai dan memiliki beberapa ciri khusus disebabkan karena ukurannya yang besar dan disebabkan sifat militer usaha serius kaum komunis untuk memenangkan kekuasaan. 

Sebagian besar komando tinggi militer tentara partai PLA adalah para veteran perang pada perang Long March dan sebagian sudah menjadi perwira militer yang berpengalaman. Hal itu terjadi sebelum kelahiran tentara Merah Cina pada tahun 1980 dengan Yen Cienying sebagai wakil Ketua Partai Komunis Cina tertinggi. Selama 60 tahun terakhir beliau telah mengeratkan hubungannya dengan warga sipil secara perorangan, yang membuat tidak adanya perbedaan antara militer dan sipil. 

Di tingkat provinsi, selama jalanya perang saudara berlangsung para pemimpin PLA di tiap daerah tetap menjalankan fungsi pemerintahan dan peranannya hingga Revolusi Kebudayaan Proletar yang besar pada akhir dekade 1960-an. Hal itu menyebabkan perbedaaan antara pasukan regional RF dan pasukan induk MF. Perbedaan tersebut juga membuat kesulitan perkembangan profesionalisme para perwira militer PLA dalam ruang di puncak hirarki. Sejauh mana profesionalisme berkembang, terdapat perbedaan luas diantara cabang dinas dan kedua pasukan tersebut. 

Keahlian Profesional, tanggung jaawab serta kooperatif timbul di dalam PLA sampaitingkat tertentu sejak tahun 1949. Huntington sudah berpendapat bahwa profesionalisasi telah disoroti oleh modernsasi teknik dan perwira MF yang secara teknis lebih maju dari perwira - perwira RF yang lebih dekat terhadap gelanggang politik sipil dan memiliki pasukan yang belum berpengalaman. Tanggung jawab utama terhadap keamanan militer suat negara mendorong bahwa keamanan negara terus - menerus dalam bahaya dan oleh karena itu diperlukan kesiagaan pada setiap masyarakat. Dalam melakukan kesiagaan itu diperlukan ketertibansosial, hirarki, pembagian kerja dan produktivitas ekonomi. 

Tujuan utama orang - orang yang turut serta dalam revolusi Cina adalah menciptakan Cina yang stabil dan bersatu. Akan tetapi setelah tahun 1949 , sebagian kaum revolusioner terutama Mao Tse Sung mendorong terjadinya efikasi kericuhan periodik dan revolusi yang berkelanjutan. Tingkah laku para komando Cina ditandai oleh keinginan menjadi profesional akan stabilitas sosial. Praktis, semua kegiatan politik - militer sejak tahun 1949 diarahkan untuk mengurangi pengaruh radikal dan destruktif dari politik sipil. Konflik pandangan diantara pemimpin PLA belum tentu disebut pertikaian  intramiliter dan juga perbedaan pendapat diantara pemimpin militer dan sipil belum tentu disebut konflik sipil militer. Hal itu sulit diidentifikasi pandangan militer di China atau bahkan untuk pasti bahwa pandangan demikian memang ada.

Demikian penjelasan dari penulis, penulis sudah mencoba menerjemahkan artikel tersebut dari bahasa China ke Inggris dan ke Indonesia. Masukan serta saran penulis harapkan demi membangun kesempurnaan artikel ini yang berguna bagi seluruh pengguna umum.