Sejarah Reformasi Marian 107 SM Di Negara Romawi | Pikiran Sejarah
Home » » Sejarah Reformasi Marian 107 SM Di Negara Romawi

Sejarah Reformasi Marian 107 SM Di Negara Romawi

Posted by Unknown
Pikiran Sejarah, Updated at: 2:44 AM

Reformasi adalah suatu perubahan besar yang terjadi secara cepat yang merubah suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.Reformasi didunia telah terjadi beberapa kali yaitu reformasi Indonesia, Reformasi Protestan, dan Reformasi Katolik. Pasti sobat blogger tak asing dengan kerajaan Romawi yang telah kita bahas sebelumnya kan ?. Pada masa kerajaan Romawi dulu telah terjadi reformasi, yaitu Reformasi Marian. Reformasi Marian di pelopori oleh Gaius Marius pada abad 107 SM. Reformasi ini merupakan reformasi militer besar - besaran di Roma, dimana disana terjadi perekrutan besar - besaran pada masyarakat Romawi dan negara membiayai segala kebutuhan mereka. Reformasi ini menghasilkan suatu konsep baru dalam kemiliteran, yaitu standing army yang merupakan konsep militer utama yang menjadi keberhasilan militer Republik Roma.

Gambar miniatur tentara Romawi diambil via: www.kaskus.co.id
Sebelumnya, tentara Republik Roma terdiri dari sukarelawan yang merupakan tentara warga (citizen army). Mereka direkrut ketika adanya perang dan kemudian dibubarkan seusai perang. Persyaratan menjadi prajurit semakin ketat. persyaratan tersebut seperti mereka yang hanya boleh menjadi prajurit merupakan seorang warga negara yang terdaftar pada kelas sensus kelima atau lebih dan memiliki kekayaan diatas 3000 seterci (mata uang Romawi). Disamping itu, prajurit wajib membiyayai sendiri kebutuhannya dalam perang. Hal ini dapat dimaklmi, karena Republik Romawi adalah negara militeris dimana, tugas kemiliteran adalah tugas terhormat dan tidak sembarang orang dapat melakukannya.


Tetapi, sistem seperti itu terdapat beberapa kelemahan seperti :
  • Membutuhkan waktu lama untuk melatih tentara baru yang minim akan pengalaman akan menjadi tentara terlatih
  • Keterbatasan prajurit yang membuat Republik Roma berperang menggunakan dengan beberapa front sekaligus
  • Tidak adanya standarisasi pada pelatihan tentara
  • Tidak memungkinkan untuk perang yang berkepanjangan. Menjadi prajurit bukanlah tugas utama masing-masing warga negara. Bagaimana ladang atau toko akan terurus kalau pemiliknya harus terus-terusan berperang?
  • Minimnya kontinuitas. Ketika terjadi kekalahan besar (seperti di Cannae pada Perang Punic II), warga yang memenuhi syarat menjadi tentara otomatis akan berkurang.
Roma merupakan suatu kerajaan yang mayoritas penduduknya tidak memiliki pekerjaan dan kekayaan (capita sensi). 

Mereka hanya menjadi beban negara karena tidak ikut serta dalam peperangan. Lalu, Gaius Marius yang merupakan seorang negarawan Roma, memberikan suatu solusi yaitu bagaimana jika Republik Roma menjadikan tentara sebagai pekerjaan yang dapat diikuti oleh siapa saja, digaji dan dibiyayai oleh negara ?. Mereka akan digaji dengan rampasan perang dan sebidang tanah di tanah jajahan sebagai hadiah seusai pensiun. Dengan demikian, masalah kemiskinan, pengangguran, kekurangan pada warganya dapat diatasi. Sistem ini disambut meriah oleh warga Roma pada saat itu. Reformasi ini melahirkan konsep standing army pertama di dunia (konsep ini punah seiring runtuhnya Kekaisaran Roma, dan dihidupkan kembali oleh Turki Ottoman dalam bentuk korps jenisari). 

Dengan adanya reformasi tersebut maka terjadi perombakan besar - besaran pada pasukan Roma secara internal. Semua pelatihan dan perlengkapan tentara diseragamkan.Model infantri velites-hastati-principes-triarii diganti dengan model prajurit tunggal berdasarkan principes. Taktik lama yang mengandalkan formasi papan catur dan 3 lini prajurit (hastati-principes-triarii) pun dihapus, diganti dengan cohort-cohort yang lebih fleksibel. Tiap prajurit menjadi bergerak dalam kesatuan century yang terdiri dari 80 orang di mana mereka bertempur dan beristirahat bersama. 6 century dikelompokkan menjadi satu cohort (8 century untuk cohort pertama), dan 10 cohort membentuk sebuah legiun yang (jika ditambah pasukan auxiliary dan nonkombatan) terdiri dari 6000 orang. 

Alhasil, Republik Roma memiliki pasukan tentara cadangan yang terlatih dengan jumlah yang banyak. Jendral - jendral Roma memiliki banyak pasukan tentara yang digunakan untuk kampanyenya dalam menjelajahi belahan bumi pada saat itu. Kontrol Republik Roma terhadap tanah jajahanpun menjadi kuat, karena setiap prajurit yang pensiun akan mendapatkan tanah di daerah tanah jajahan, sehingga tidak adanya ketidaktertiban. 

Namun, Galius Marius tidak memperhitungkan bahwa setiap prajurit di gaji oleh para jendralnya, hal itu menjadi hilangnya kesetiaan prajurit terhadap senat Kerajaan dan berpindah ke setiap jendral masing - masing legiun. Dampaknya, beberapa Jendral yang sudah cukup hebat seperti Caesar dan dan Sulla, akan menggunakan kekuatan mereka untuk melawan Senat Republik Roma dan menjadi suatu peperangan sipil (civil war) yang berkepanjangan, dan berakhir dengan keberhasilan Octavian Caesar berhasil membawa Roma memenangi perang sipil tersebut pada 27 SM. 


Dapat disimpulkan bahwa, Reformasi Marian dijadikan sebuah tombak supremasi kekuatan militer Roma yang membawa Roma menjadi salah satu negara terbesar di era sebelum masehi.

Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 
Copyright © 2015 Pikiran Sejarah. All Rights Reserved
Template By Johny Wuss Design by CB Blogger